Mie ayam Tanjung
Jika dari arah kota Jember menuju pasar tanjung, sekitar 20 meter sebelum lampu lalulintas. Ada gerobak berwarna coklat yang berada di sebelah kanan jalan yang menjual mie Ayam. Gerobak ini dikenal dengan mie ayam Tanjung.
.
Menu yang disediakan, tidak hanya terkenal enak, namun juga porsi besarnya. Sajian ini menjadi santapan andalan bagi sebagian pedagang pasar, tukang ojek, bahkan para pembeli yang kebetulan melewatinya. Pelanggannya pun beraneka ragam, mulai dari anak anak hingga orang tua. Tidak hanya itu, harga yang lumayan murah menjadi faktor utama kenapa mie ayam ini begitu laris dan melekat dihati para pelanggan. Mereka biasa menyebut dengan istilah mie ayame wong cilik. Karena harga yang merakyat, hanya 7 k saja sudah mendapatkan satu mangkuk penuh dngan taburan ayam yang hampir menutupi sebagian mienya.
.
Aku adalah salah satu pelanggan setianya. Disetiap ada jadwal kekota, entah urusan pribadi atau belanja kebutuhan fotokopi dan memotong buku, aku tidak pernah luput untuk mampir sejenak ke gerobak ini demi menyantap semangkok mie ayam yang merupakan makanan favoritku.
.
Namun, akhir akhir ini aku tidak pernah melihat si bapak dan istrinya berjualan mie ayam ini. Setiap ku meliwatinya, ku perhatikan gerobak nya lusuh berdebu tak terawat menumpuk di pojok bangunan pasar. Mungkin sebab adanya wabah Covid ini, akhirnya si bapak pulang ke kampung halaman yang berada di Wonogiri, Solo, Jawa tengah.
.
Setelah enam bulan libur jualan, akhirnya sore tadi aku kembali melihat bapak ini memasak mie di samping gerobak jualan dngan lihainya, menandakan bahwa warung telah dibuka sebagaimana sebelumnya. Hatiku sungguh senang sekali, ku banting stir motor biru yang merupakan kendaraan inventaris fotokopian perlahan menuju ke warung. Memesan semangkuk mie Ayam andalan. Hee.
.
Setiap ku makan mie ayam ini, selalu mengingatkan ku dengan teman teman seperjuangan yang ada di Jember. Kisah yang kami obrolkan disaat menyantap mie ayam ini terasa kehangatan persahabatan yang terbangun diantara kami. Canda tawa, suka duka perjuangan selama belajar di Jember adalah topik utama perbincangan kami. Mulai dari masalah organisasi, hobi kaligrafi, cerita tentang lomba, saat berpetualang ke negara jiran turut menjadi saksi perjuangan dalam kisah kami. Bak perjuangan si bapak mie ayam ini yang telah membangun usahanya selama 26 tahun sejak 1994 hingga sekarang.
Mie ayam yang disajikan dengan sopan oleh bapak kepadaku, adalah cara beliau memberikan kenyamanan untuk para pelanggan setianya untuk menyantap sajian yang lezat ini. Terimakasih banyak pak, darimu aku belajar arti sebuah kenyamanan dalam berteman, sebagaimna hangatnya Mie ayam yang engkau sajikan dengan penuh kelembutan.


Komentar
Posting Komentar