Menjemput Rezeki di bulan Ramadhan.

Senja sore ini tampak sangat menawan, sama sekali tidak tampak bekas hujan yang mengguyur sejak siang. Ditambah suara sendu radio tua di sudut ruangan menyiarkan ceramah rutinan sebelum berbuka yang sesekali diselingi beragam iklan. Selain karena satu2nya benda bersuara, ia menarik perhatian untuk didengarkan krn menjanjikan siaran adzan.
.
Dlm diam, aku mencium aroma masakan dr ruang sebelah, juga kudengar suara ulegkan. Pastilah Ibunya Dayat -Sahabatku- sedang mempersiapkan aneka rupa menu buka puasa. Dan akhirnya, panggilan shalat telah berkumandang. Sang ibu bergegas mempersilahkan kami menyantap kudapan. Serempak kami semua membatalkan puasa dengan menyeruput teh hangat yang disediakan dalam gelas2 besar, juga kurma dan pepaya. Alhamdulillah..
.
Ku edarkan pandanganku pada hidangan yg telah disediakan sang ibu yang baik hati itu. Ada sambal kentang, penyet tempe, sayur bening kelor, ikan asin goreng, mie goreng, juga ayam sambal merah.
.
Piring berisi nasi hangat yg telah disediakan, kudekatkan pada mangkuk sayur kelor favoritku, mengguyurnya dan menambahkan tempe penyet yeng berbalur sambal tomat. Oh.. juga kutambahkan remahan rempeyek yg diberikan pengasuh pesantren Nurina dari desa sebelah tadi. Betapa menu ini aku rindukan, hingga aku tak lagi menginginkan tawaran Ibunya Dayat yang berulang kali memintaku untuk makan dgn lauk yang lain.
.
Menu berbuka yang lezat ditambah hangatnya keluarga Dayat, menambah nikmatnya berbuka puasa kali ini. Terima kasih Ya Allah, telah mengirimkan orang2 baik selama aku di perantauan. Balaslah mereka dgn balasan terbaik-Mu. Amin
.
Kami semua lanjut menunaikan shalat maghrib. Sebelum pamit, Ibunya Dayat yang kebaikannya bagai pahlawan, menurutku, masih membawakan aku sebungkus cemilan untuk dibawa pulang ke asrama. Aku segera pamit, mengingat hari sudah gelap dan lampu di asrama pastilah blm ada yang menyalakan. Ditambah, Badanku sudah lengket minta segera dibersihkan setelah beraktifitas seharian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hargai Prosesmu, semua butuh Waktu.

Mengapa kita belajar Kaligrafi Arab?