Mengapa kita belajar Kaligrafi Arab?
Oleh: Ahmad Yasir Amrulloh
Salah
satu faktor yang akan menentukan keberhasilan seorang pelajar dalam belajar
khat adalah dari tata niatnya. Karena jika niatnya benar, hal ini akan menjadi
kekuatan dan motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar selanjutnya.
Namun, sebaliknya jika niatnya kurang pas, justru hal ini akan membahayakan si
pelajar tersebut. Bahkan proses belajarnya akan terancam putus ditengah jalan.
.
Belajar
Kaligrafi Islam merupakan sebagian dari agama. Karena Kaligrafi ini merupakan
seni warisan peninggalan Islam. Melalui Kaligrafi Islam, wajah Islam yang
lembut dan Indah termanivestasi melalui seni yang agung ini, bahkan mempelajar Kaligrafi
Islam dinilai sebagai ibadah, dikarenakan mempelari Kaligrafi berarti
mempelajari huruf-huruf al-Qur’an. Rasulullah SAW saja bersabda bagi hamba yang
membaca huruf-huruf al-Qur’an akan mendapatkan sepuluh kebaikan disetiap
hurufnya, tentu hal tersebut berlaku disetiap huruf yang digoreskan. Karena
antara membaca dan menulis adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan.
.
Banyak
sekali manfaat yang akan dirasakan jika belajar seni ini, tentunya hal ini akan
tercapai jika dilandasi dengan niatan yang benar. Setidaknya manfaat tersebut
dapat dinilai dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
.
Pertama,
aspek akademik.
Kegiatan
menulis merupakan kegiatan yang spesial. Dikatakan bahwa tulisan merupakan
perantara yang sangat vital untuk sebuah proses transformasi baik informasi
ataupun keilmuan. Dalam hal ini, para pelajar akan dididik bagaimana memiliki
tulisan yang baik dan benar, agar pesan-pesan dari informasi yang ditulis dapat
diterima oleh pembaca. Bukan hanya sekedar proses transformasi saja, namun
pemberian kesan yang indah juga menjadi salah satu misi yang tidak boleh
ditinggalkan. Maka, melalui kegiatan ini para pelajar dibiasakan untuk menulis
dengan baik dan jelas dan juga tidak meninggalkan unsur keindahan dari apa yang
ditulis.
.
Kedua,
aspek pendidikan.
Proses
pembiasaan menulis dengan baik dan benar pada pelajar lambat laun akan menjadi
keterampilan baginya, baik keterampilan menulis ataupun hal yang terkait
dengannya. Nah, keterampilan ini jika
dalam ilmu pendidikan merupakan salah satu bagian dari sebuah pendidikan
motorik. Dimana seorang pelajar akan dididik menjadi seorang yang memiliki jiwa
yang hidup dengan ketenangan, kesabaran dan melatih emosi. Disamping untuk
melatih kepekaan pandangan dan hati sebagai kolaborasi yang mutlak untuk
menghasilkan sebuah tulisan yang indah. Tentunya juga tidak kalah penting bahwa nilai-nilai
ini nantinya diharapkan dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
.
Ketiga,
aspek kesenian.
Melalui
seni yang mulia ini, sebagain dari pegiat Kaligrafi dapat membuka salah satu
pintu rizki untuk menggapai Rahmatnya. Maksudnya adalah dengan berkaligrafi, akan
mendapatkan rezeki, baik yang bersifat materi ataupun non materi.
.
Bertemu
dengan para guru, teman seperjuangan dan lain sebagainya merupakan salah satu
bentuk dari rezeki. Sebuah kesempatan yang sangat berharga dapat menimba
keutamaan mempelajari Kaligrafi melalui guru-guru yang dapat dipertanggung
jawabkan ilmunya baik melalui akademik dan sumber, tentu ini adalah sebuah
rezeki.
.
Sebagaian
mereka ada juga ada yang memanfaatkan dari kaligrafi ini sebagai belajar kewirausahaan
dengan memberikan jasa tulis di rumah ibadah, atau di perkantoran, gapura dan
lain-lain. Selain untuk belajar kemandirian dalam segi ekonomi, kegiatan ini
juga termasuk sebagai langkah dakwah untuk menyebarkan islam yang santun.
.
Sebagaimana
pendapat ibn al-miqfa’: seni Kaligrafi Islam merupakan tulisan yang menjadi
perhiasan bagi penguasa, kesempurnaan bagi orang kaya dan harta bagi si miskin.
.
Sebagai
penutup dalam tulisan ini, penulis menghimbau untuk terus memperbaharui niat
dalam belajar Kaligrafi Islam, karena kita adalah seorang muslim yang memiliki
kewajiban untuk menjaga harta warisan seni Islam yang telah diwariskan oleh
para pendahulu. Jika tidak ada yang peduli dengan warisan budaya ini, jangan
salahkan dikemudian hari jika kejayaan ini hanya akan menjadi cerita bagi anak
cucu kita.
Sumber
Bacaan:
Ma’ruf
Zariq, 1985, kaifa Nu’allimu al-Khat Dirasah Tarkhiyyah, fanniyyah, Tarbiyyah
(Damaskus: Dar Fikr)
Masha allah, Ustadz.. 👍👍👍
BalasHapus